Dunia kuliah pastinya memaksa kamu untuk beradaptasi dengan banyak hal. Mendapat teman baru yang bisa saja berbeda kebiasaan dan gaya hidup, atau menemui hal-hal baru yang tidak pernah dibayangkan. Menghadapi hal tersebut, Lidya, seorang mahasiswi Akuntansi memberi pesan, “Kuliah sudah sulit, jangan ditambah sulit. ”
Saat berada di jenjang SMP/SMA yang merasakan lelahnya sekolah, dia pernah berpikir ”enak banget kayaknya pas kuliah cuma nenteng totebag, aku pengen cepat kuliah deh”. Tetapi setelah ada diposisi sebagai anak kuliahan, dia dan teman-temannya pernah beranggapan ”wah ini aku salah jurusan ya?”, ”loh loh kok gak sesuai ekspektasi?”, ”capek banget pulang kuliah harus kerja atau ikut organisasi”, ”home sick” (yang terakhir biasanya anak rantauan) dan masih banyak lagi.
Setelah berkaca ke belakang, dia sendiri menyadari bahwa seringkali fokusnya hanya ke masalah, bukan fokus pada cara penyelesaian yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Hal ini sering membuatnya ditekan oleh pikiran-pikiran negatif yang bekerja di otaknya sendiri. Ada banyak red flag yang terulang, yang baru muncul dan tidak sengaja disebarkan oleh sebagian orang-orang disekitarnya atau di media sosial. Parahnya hal tersebut kadang mempengaruhi cara berpikir, membuat emosi yang bisa jadi menghancurkan orang lain. “Betul perasaan itu valid, tetapi cara pengungkapannya perlu dirubah”, ungkapnya.
Saat ini, menjadi mahasiswa di Universitas Stikubank adalah salah satu anugerah yang dia syukuri. Bisa menjalani kuliah dengan baik, memasuki semester demi semester yang pastinya punya problem yang baru. Masalah pasti ada, namun harus tetap fokus untuk bisa survive, jangan terlalu menekan diri sendiri dengan anggapan-anggapan yang belum tentu terjadi. Kuliah sudah sulit, jangan ditambah sulit!