SEMARANG – Program Pertukaran Pelajar sebagai bagian dari bentuk kegiatan pembelajaran Kampus Merdeka, banyak dinantikan mahasiswa. Mereka tak hanya bisa menempuh perkuliahan di perguruan tinggi lain di luar pulau, tetapi juga mendapatkan uang saku dan biaya kuliah.
“Masa pandemi ini diharapkan segera lewat, sehingga mahasiswa yang mengikuti program ini (Pertukaran Mahasiswa Merdeka) diharapkan bisa luring,†kata Wakil Rektor IV Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang, Dr Elen Puspitasari, Rabu (22/9/2021).
“Kalau sekarang harus keluar dari pulaunya, berbeda dari sebelumnya yang hanya berdasarkan zona. Misalnya Unisbank, pulaunya di Jawa, maka dia harus memilih perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di luar pulau,†imbuh dia.
Menurutnya, mahasiswa yang hendak mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka mesti lolos seleksi dari aplikasi Kampus Merdeka. Kemudian, mahasiswa tersebut juga harus melamar ke perguruan tinggi tujuan.
“Jadi yang menentukan (diterima) sana (perguruan tinggi dari yang kita lamar. Kalau saya merasa ingin kuliah di Bali, misalnya Universitas Udayana saya ke ngelamar ke Udayana. Tapi saya harus cek karena saya anak Akuntansi,†ungkapnya.
“Saya harus lihat mata kuliah akuntansi yang ditawarkan di sana apa yang itu bisa dikonversi di mata kuliah yang saya tempuh. Itu harus jeli, harus bener-bener pinter. Buka aplikasi dan sebagainya, nyocokin mata kuliah dan sebagainya,†beber dia.
Setelah dinyatakan lolos, maka mahasiswa tersebut berhak mendapatkan sejumlah fasilitas di antaranya biaya perkuliahan. Selain itu, biaya transportasi pesawat satu kali berangkat dan pulang, serta uang saku sebagai biaya hidup di perantauan.
“Pemerintah itu enggak tanggung-tanggung, kalau kita lolos seleksi itu dapat bantuan uang uang kuliah tunggal (UKT) selama satu semester Rp2,4 juta. Kalau di Unisbank mahasiswa Akuntansi SPP Rp900.000 per bulan, 1 semester Rp5,4 juta. Sudah ada bantuan Rp2,4 juta, berarti dia tinggal nambah Rp3 juta,†jelasnya.
“Biaya pesawat 1 kali pergi dan 1 kali pulang ditanggung, dan ada fasilitas untuk tes swab dibantu Rp250 ribu. Dia juga dapat living cost Rp1,2 juta per bulan kan dia harus tinggal di sana (perantuan). Tapi kalau pandemi belum berakhir ya daring, jadi living cost-nya enggak dapat,†tandasnya.