Kampus Merdeka, Apa Itu? Begini Konsep Pertukaran Pelajar (II)

SEMARANG – Program Merdeka Belajar di Kampus Merdeka menjadi angin segar bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. Sebab, mereka tak hanya berkutat di program studinya namun bisa merambah ke prodi maupun pergurua tinggi lain.

Wakil Rektor IV Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang, Dr Elen Puspitasari, mengatakan, terdapat 8 Sebanyak 8 bentuk kegiatan pembelajaran (BKP) dalam Kampus Merdeka. Di antaranya adalah 1) Magang/Praktik Kerja; 2) Pertukaran Pelajar antar Prodi; 3) Kegiatan Kewirausahaan; 4) Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan; 5) Studi/Proyek Mandiri; 6) KKN/KPM Desa Tematik; 7) Riset/Penelitian; dan 8) Program Kemanusiaan.

“Yang kedua itu pertukaran pelajar, bisa antar-Prodi, di luar PT (perguruan tinggi) lintas Prodi juga bisa. Sekarang yang keren banget, Kemdikbud dan LPDP itu punya program namanya Pertukaran Mahasiswa Merdeka,” cetus dosen cantik itu, Rabu (22/9/2021).

kampus merdeka pertukaran pelajar

“Kalau kemarin (sebelumnya) ada Pertukaran Mahasiswa Tanah Air berbasis Teknologi Informasi, atau Permata Sakti, itu mahasiswa PTN bertukar sama PTN, kalau PTS sama PTS. Tapi harus melihat area LLDikti (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi),” terangnya.

“Contoh, Unisbank di wilayah VI. Kalau 2020 boleh bertukarnya dengan LLDikti VI di wilayah tengah boleh bertukarnya dengan mahasiswa yang ada di Barat dan di Timur. Barat itu mulai Pulau Sumatera, Timur Papua dan sebagainya. Jadi tidak boleh tengah ketemu tengah, karena tujuan utamanya adalah berinteraksi secara budaya karena kita Bhineka,” imbuhnya lagi.

Dia menambahkan, bagi perguruan tinggi yang berhasil lolos Permata Sakti maka harus mengirimkan 26 mahasiswa. Mereka bebas bertukar program studi di perguruan tingi tujuan dan mengikuti perkuliahan secara daring, karena masih dalam masa pandemi Covid-19.

“Jumlah 26 mahasiswa itu enggak boleh lebih enggak boleh kurang, 26 mahasiswa itu bertukar bebas. Satu mahasiswa minimal 2 mata kuliah, dan mata kuliah boleh ditempuh di perguruan tinggi yang berbeda,” katanya.

“Contohnya kemarin tidak lintas pulau, hanya membedakan LLDikti wilayah Tengah, Barat, dan Timur. Kemarin mahasiswa kami mengambil di Unika De La Salle, Manado itu ikut Sulawesi satu mata kuliah. Satu mata kuliah lagi diambil di Palembang,” ungkap dia.

“Artinya 1 mahasiswa merasakan meskipun secara digital, kuliah di Manado dan di Palembang. Tapi dia cuma dua mata kuliah. Katakanlah itu maksimal 3 SKS, berarti dapat 6 SKS dan selebihnya dia tetap harus menempuh di mata kuliah Prodi-nya di asal (perguruan tinggi) karena memang semuanya dilakukan secara daring,” tambahnya.

Program pertukaran pelajar berlanjut hingga saat ini. Berbeda dengan tahun lalu, kini mahasiswa lebih bebas menentukan pilihan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Meski demikian, mereka harus lolos seleksi yang ditentukan oleh sistem aplikasi Kampus Merdeka.

“Sekarang keren banget, Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Kalau kemarin Permata Sakti berbasis teknologi informasi, sekarang namanya Permata Merdeka. Perbedaannya PTN boleh memlilih PTS, PTS boleh memilih PTN, tapi harus seleksi dulu lewat sistem, namanya aplikasi Kampus Merdeka. Semua dosen, semua mahasiswa seharusnya wajib sudah registrasi di aplikasi itu,” tandasnya.