Sesuatu Yang Bersih, Hanya Dapat Diterima Oleh Yang Bersih Pula

Isra mi’raj adalah salah satu keajaiban yang sampai hari ini kita percaya dan kita yakini sebagai Muslim. Perjalanan panjang dan jauh hanya ditempuh dalam waktu itu yang sangat singkat. Banyak tamsil dan pelajaran yang bisa kita petik bahkan hikmah yang luar biasa bagi yang mengimani dan memahami serta tentunya juga bagi siapapun yang mau terus menambah keinginan untuk terus menuntut ilmu.

Salah satu kejadian luar biasa yang mengawali peristiwa Isra Miraj adalah pembelahan dada Rasulullah. Merujuk kepada kitab Fathul Bari, kejadian ini terjadi di Masjidil Haram sebelum beliau melesat menuju Masjid Al-Aqsha.

Malaikat Jibril membelah dada sang Rasul, membilas dengan air zam-zam, kemudian menambahkan iman dan hikmah pada diri Rasulullah.

Jadi tujuan pembelahan dada ini untuk memberikan iman dan hikmah dari Allah, yang dibawa oleh malaikat Jibril. Itulah sebabnya mengapa sebelumnya dibilas dengan zam-zam, karena iman dan hikmah ini adalah anugerah yang sangat bersih dan murni dari Allah.

Tentu saja hati Rasulullah sudah jernih sejak awal. Namun karena anugerah yang akan diterima ini lebih bersih lagi, maka hati sang Baginda pun dicuci kembali agar setara kemurnian di antara keduanya.

Apa pelajaran yang dapat kita petik? Yaitu sesuatu yang bersih, hanya dapat diterima oleh yang bersih pula.

Mari kita ambil contoh dalam hal ilmu. Setiap mukmin yang ingin menerima ilmu dengan pemahaman yang baik, hendaknya membersihkan hati ketika belajar di hadapan gurunya. Peribahasa Arab berujar,

فالعلم جوهر لطيف لا يصلح الا للقلب النظيف

“Ilmu adalah permata yang terang. Tidak akan diterima kecuali pada hati yang cemerlang.”

Contoh yang lain kita dapati dalam hal doa. Ketika seseorang mendoakan kebaikan kepada saudaranya, terkadang doa tersebut seperti tidak berpengaruh apapun. Bisa jadi, orang yang didoakan itu dalam keadaan belum menjaga kebersihan hatinya.

Karena doa adalah anugerah yang bersifat suci, maka tidak akan diterima kecuali pada hati yang terpuji.

Bagi yang biasa membaca dan menghadiri kajian-kajian berkenaan dengan tazkiyatun nafs InsyaAllah kita pernah mendengar kisah salah  seorang ibu yang salehah. Digambarkan, Beliau senantiasa menyebut nama putra-putrinya satu persatu dalam doa tahajudnya. Tanpa terkecuali mereka semua didoakan dengan kesuksesan dan kebahagiaan.

Sebagian anak-anaknya tampak beroleh kejayaan dan keberkahan dalam usahanya. Namun sebagian lagi, tampak masih belum merasakan manfaat doa sang bunda.

Gerangan apakah sampai demikian? Bisa jadi, yang sebagian lagi tersebut masih belum memantaskan diri dengan kebersihan hati agar dapat menerima doa.

Oleh karena itu, hendaklah hari-hari yang kita lalui senantiasa kita pergunakan untuk menyempurnakan akhlak dan memperbaiki hati.

Sungguh banyak doa terucap dari lisan tulus orang tua kita, dari lisan jujur guru-guru kita, bahkan dari anak-anak yatim dan kaum fakir yang kita derma. Sayang sekali jika doa-doa tersebut kurang berarti karena diri kita yang tidak pantas menerima.

Karena sesuatu yang bersih, hanya dapat diterima oleh yang bersih pula.

(Menukil dari Taushiyah Ustadz Mukafi Arafat) SAE