Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan keseharian manusia. Penguasaan bahasa berasal dari kebiasaan manusia itu sendiri. Bahasa Indonesia terus hidup dan berkembang seiring dengan perubahan masyarakatnya. Dalam konteks ini, muncul berbagai gejala bahasa, seperti perubahan bentuk dan arti kata. Beberapa di antaranya telah diterima secara luas, sementara yang lain belum. Gejala bahasa ini dipengaruhi oleh interaksi sosial, kemajuan teknologi, pengaruh budaya lokal dan asing, serta penggunaan media sosial. Contoh gejala bahasa termasuk penggunaan istilah baru (neologisme), perubahan makna kata, serta munculnya akronim dan singkatan. Bahasa berperan penting dalam komunikasi dan kebudayaan. Gejala bahasa mencakup fenomena seperti variasi, perubahan, dan inovasi dalam komunikasi sehari-hari. Dalam analisis bahasa, penting untuk memperhatikan perbedaan dalam bentuk dan makna yang dapat bervariasi. Gejala bahasa dapat dikategorikan sebagai positif, seperti penambahan kosakata, atau negatif, yang menunjukkan kesalahan atau destandarisasi.
Gejala bahasa merujuk pada perubahan yang terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gejala bahasa mencakup fenomena yang berkaitan dengan perubahan dan perkembangan dalam masyarakat. Beberapa ahli mendefinisikan gejala bahasa sebagai peristiwa yang melibatkan perubahan pada kata atau kalimat. Contoh dari gejala ini termasuk hiperkorek, pleonasme, dan kontaminasi.
Gejala Bahasa Hiperkorek
Hiperkorek adalah kesalahan yang terjadi ketika upaya untuk memperbaiki bahasa justru menghasilkan bentuk yang salah. Contohnya, kata “insaf” yang keliru ditulis menjadi “insyaf,” akibat analisis yang tidak tepat terhadap kata lain.
Gejala Bahasa Pleonasme
Pleonasme terjadi karena beberapa faktor, seperti ketidaktahuan atau peniruan dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia, tidak ada bentuk khusus untuk menyatakan gender atau jamak, sehingga muncul bentuk pleonasme akibat pengaruh bahasa lain.
Contoh lain dari gejala bahasa meliputi penggunaan istilah baru dalam bidang teknologi, seperti “online” dan “download.” Selain itu, perubahan makna kata, seperti “kekinian” yang merujuk pada tren saat ini, serta munculnya akronim seperti “LOL” dan “FYI,” menunjukkan dinamika bahasa yang terus berkembang. Gejala bahasa juga mencerminkan bahasa gaul yang banyak digunakan oleh kalangan remaja, terutama di media sosial.
Gejala bahasa merupakan fenomena penting dalam komunikasi yang mencerminkan perubahan sosial dan budaya. Memahami gejala bahasa membantu kita beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dan menjaga relevansi dalam berkomunikasi di era modern. Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk terus belajar tentang istilah baru dan berpartisipasi dalam diskusi antar generasi agar komunikasi dapat berlangsung lebih efektif. Diperlukan perhatian yang lebih besar terhadap gejala bahasa dalam pendidikan formal dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia untuk menghindari kesalahan dalam berkomunikasi.