Media Sosial Seperti Pisau Bermata Dua, Tergantung Cara Menyikapinya

Keberadaan media sosial (Medsos) saat ini sudah menjadi keniscayaan dalam kehidupan sehari-hari. Ibarat pisau bermata dua, media sosial memiliki nilai positif juga negatif, tergantung bagaimana cara menyikapinya. Suka tidak suka media sosial akan mengiringi perjalanan kehidupan manusia, maka harus dimanfaatkan secara positif. Pandangan itu disampaikan pegiat media sosial Dr. Hendi Pratama saat memberikan motivasi di Kuliah Umum Peran Sosmed untuk Mental Health Generasi Digital di Universitas Stikubank (UNISBANK) Semarang (21/09).

Hendi menjelaskan, salah satu dampak buruk dari media sosial ialah terkait dengan mental health (kesehatan mental).
Orang yang terganggu kesehatan mentalnya akan mudah terkena fear of missing out (Fomo), tidak pernah merasa puas, mudah ngelokro (lunglai) dan mudah kesepian, kemudian dampak negatif lainnya dari media sosial ialah maraknya modus penipuan di internet,” terang Hendi yang juga dosen Fakultas Bahasa dan Seni Unnes itu.

Sementara salah satu cara mendapatkan nilai positif dari media sosial, kata dia dengan personal branding, seperti menawarkan barang dan jasa. Seseorang harus konsisten saat melakukan upaya personal branding, seperti terus mengulangi kebaikan-kebaikan atau keunggulan diri. Sejalan dengan hal itu, cara yang mudah dilakukan saat ini ialah melalui media sosial, karena cara-cara lain masih terlalu mahal, misalnya beriklan, pasang baliho dan lainnya.

Menurut Hendi saat ini media sosial dapat menggantikan wajah seseorang di dunia nyata. Dalam artian ketika masyarakat belum melihat wajah seseorang, tapi sudah mengetahuinya lewat media sosial. Artinya wajah orang tersebut telah digantikan dengan wajah lain di dunia maya, maka harus memiliki penampilan yang menarik. “Menarik di sini ialah berprestasi, memiliki keyakinan diri, layak untuk diajak bergabung di projek-projek positif. Jadi jangan abaikan keberadaan media sosial,” imbuhnya.

(*sumber: suaramerdeka)