UNGKAPAN EMOSI YANG TERCERMIN DALAM ISU PEMULANGAN SIMPATISAN ISIS
Abstract
Artikel ini menjelaskan ungkapan emosi yang disampaikan oleh narasumber dalam teks berita yang mewartakan isu pemulangan simpatisan ISIS asal Indonesia yang diterbitkan oleh The Jakarta Post on-line antara 27 Juni 2019 hingga 13 Februari 2020. Harapannya artikel ini dapat menjelaskan arah orientasi ungkapan emosi, moda emosinya, dan intensitas kata yang digunakan narasumber dalam teks berita untuk mengomunikasikan emosi. Data primer diunduh dari laman The Jakarta Post on-line, dan disegmentasi berdasarkan unit analisisnya (klausa verba narasumber), kemudian dilakukan pengodingan dan dianalisis secara semantis dalam kerangka deskriptif kualitatif. Hasilnya, dari 151 ungkapan narasumber yang berbeda menunjukkan sebagian narasumber menggunakan ungkapan emosi yang berorientasi negatif (47,7%) terhadap repatriasi. Mereka menggunakan moda emosi takut (29,1%) terutama karena mereka trauma terhadap apa yang telah dilakukan oleh kelompok simpatisan ISIS. Selain itu mereka menggunakan moda emosi tidak senang (18,5%) terutama terhadap dampak yang mungkin timbul jika kelompok tersebut dipulangkan. Namun, ada sebagian narasumber (9,3%) yang ungkapan emosinya berorientasi positif. Mereka menerima repatriasi karena di antara simpatisan ada korban, seperti istri, anak yatim dan simpatisan yang tertipu oleh propaganda ISIS. Sebagian lagi (43%) menunjukkan netralitas terhadap isu repatriasi, tentu karena faktor hukum dan kemanusiaan. Kata-kata yang berintensitas tinggi dalam ungkapan emosi narasumber adalah Islamic State, repatriate, disagreement.